Mata Aimasho Kakanda Firdaus Komar

Oleh: Agustiawan

Mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Jenjang Madya yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN), di Bandar Lampung, pada 10 -11 Januari 2024, pada mulanya membuat jantungku berdetak kencang.

Penyebabnya, selain jarang membaca kode etik jurnalistik, kode perilaku wartawan dan undang undang ramah anak, mentor atau penguji kami bukan orang sembarangan di dunia jurnalis.

Dr. H. Firdaus Komar, S.Pd, M.Si, namanya, jabatannya Direktur Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI Pusat, sebelumnya ia menjabat sebagai Ketua PWI Sumatera Selatan, periode 2019-2024.

Awalnya kami tak berani menatapnya, “takut, segan, khawatir,” pokoknya campur aduk. Maklum wartawan daerah berhadapan langsung dengan “Komandan UKW Indonesia”.

Akan tetapi setelah menduduki tempat masing-masing, kami ber-enam, Hanibal Batman wartawan Radar Tanggamus, Nyoman Subagio Radar Lamsel, Idho Mai Saputra Radar Lamsel, ketiganya duduk dihadapan kami, tepatnya berada disebelah kiri penguji.

Kemudian disebelah kanan, Agustiawan, Joko Sulistyo Harian Momentum dan Rozi Ardiansyah wartawan Warta9.com berada disebelah kanan penguji.

Sebelum ujian dimulai, kami diberikan soal, jumlahnya 10 mata uji. Setelah itu penguji memberikan nasihat. Intinya jika memang menjalankan profesinya dengan sungguh-sungguh, pasti peserta UKW akan berhasil alias kompeten.

Dan sejak dari itulah (pasca diberikan nasihat) rasa takut, segan, dan khawatir nyaris hilang. Dalam hati, penguji yang ada dihadapan kami ternyata humble (rendah hati).

Dihari pertama kami dapat menyelesaikan enam soal mata uji, dan pada esok harinya, atau di hari kedua dilanjutkan dengan mengerjakan empat soal yang tersisa, sebelum dimulai kami terlebih dahulu berdoa dalam hati, kemudian dilanjutkan membuka soal mata uji.

Ujian berjalan terus, jarum jam pun begitu jua. Usai mengikuti dan menjawab empat soal mata uji, hati kami lega, tapi belumlah lega seratus persen. Sebab meski telah menyelesaikan 10 soal, penilaian dan pengumuman hasil ujian belum diketahui. Di hati berkecamuk pertanyaan, kompeten atau tidak, uuuh, gundah-gulana jadinya.

Akhirnya waktu yang kami tunggupun tiba, soal mata uji telah dinilai, satu persatu kami dipanggil duduk bergantian dihadapan penguji. Saat giliran saya tiba dan duduk berhadapan dengan penguji, dengan suara lembutnya pria yang meraih S3 dari Universitas Sriwijaya (UNSRI) itu berujar. “Dari 10 soal mata uji satu nilaimu paling rendah, nilainya 70, yang lain nilainya lebih dari 70. Anda dinyatakan kompeten, teruslah belajar,” jelas penguji.

Mendengar ucapan penguji yang menyatakan saya kompeten, hatiku berbunga-bunga, rasa gembira tiada tara. Seketika itu pula ia kusalami, dengan sedikit terbata-bata mulutku berkata, terimakasih penguji, saran dan nasihatmu akan saya laksanakan, Mata aimasho (Sampai Berjumpa Lagi) kakanda Firdaus Komar. (*)

Penulis adalah jurnalis tinggal di Krui Lampung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.