Tak Berkategori  

Jadilah Media Oposisi

Kerjasama pemberitaan berbayar antara media dengan pemerintahan menggembirakan sekaligus mencemaskan. Secara ekonomi menguntungkan. Sayangnya, bisa jadi mencemaskan jika diikuti dengan pesan yang menganut, harus selalu memberitakan yang bagus-bagus supaya tuan senang.

Demokrasi memerlukan check and balance, maka dari itu perlu adanya media oposisi untuk mengkritik penguasa yang cenderung minta diberitakan selalu bagus. Semacam pencitraan mungkin. Meskipun, kerjanya sekedar meneruskan program-program yang sudah ada, kemudian diklaim sebagai inisiasi dan sebuah keberhasilan.

Sepertinya, media massa yang oposisi dengan tuan penguasa diperlukan agar ada keseimbangan dalam sistem demokrasi. Tapi ini mencemaskan, karena media-media yang dirangkul itu menunjukkan tanda-tanda menerima ajakan.

Jika media tersandera kerjasama berbayar, pemberitaan praktis akan mengalir selalu bagus supaya tuan senang. Tak ada lagi kritisnya pada kebijakan pemerintah, apalagi program yang digadang tuan penguasa. Padahal demokrasi diciptakan dengan memberikan tempat yang sama kepada penguasa dan oposisinya.

Katanya, sih. Pemerintahan sehat dan penguasa yang hebat, dimulai dengan kritik. Media semestinya berani menentukan sikap sebagai oposisi. Tuan penguasa juga seyogyanya menyambut keputusan itu dengan hangat. Jika itu yang terjadi, barulah kebijakan dan program pembangunan bergulir sehat.

Sayangnya, realitas belum seideal itu. Yang santer terdengar justru pembagian kue untuk pendukung tuan, yang dianggap telah berjasa saat perang merebut tahta. Jika ini sampai terjadi, ini preseden sangat buruk. Kerjasama berita berbayar, menyandra media yang seharusnya menjadi kontrol sosial terhadap program pemerintah dan kebijakan penguasa.

Tuan penguasa dan media kini punya kesempatan membuat sejarah baru. Jika media teguh menjadi oposisi, dan tuan penguasa tidak menegosiasikan pemberitaan agar selalu bagus, maka akan dikenang sebagai era berjaya. Sebaliknya, jika kelak terbukti hanya sekedar ajang bagi-bagi kue, akan dikenang sebagai tuan yang rela melakukan apa saja demi sepotong kuasa. Era berjaya hanya sekedar slogan saja. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *