Pemerintah Provinsi Lampung kembali menyiapkan panggung besar: Lampung Economic Investment Forum (LEIF) 2025.
Gubernur Rahmat Mirzani Djausal ingin menjadikan forum ini sebagai magnet investasi di sektor pariwisata dan energi terbarukan.
Ambisi ini patut diapresiasi. Namun, lebih penting lagi adalah memastikan bahwa forum ini tidak berhenti pada seremoni dan presentasi proyek-proyek raksasa di layar proyektor.
Lampung selama ini sering disebut kaya potensi, tapi miskin realisasi. Investor datang, melihat peluang, lalu pergi karena terbentur birokrasi berbelit, infrastruktur belum siap, dan koordinasi antarlembaga yang lemah.
Bila pola lama ini tak diubah, LEIF hanya akan menjadi etalase wacana tanpa transaksi nyata.
Fokus pada hilirisasi pangan, pariwisata, dan energi hijau sejatinya langkah strategis. Tetapi, semua itu hanya akan berarti jika dibarengi dengan kepastian hukum, transparansi, dan tata kelola yang bersih.
Investor tidak sekadar mencari lokasi yang indah atau proyek besar—mereka mencari kepastian dan kredibilitas pemerintah daerah.
Proyek-proyek seperti Lampung Harbour City dan PLTS Terapung Way Sekampung bisa menjadi simbol kemajuan, tapi juga bisa menjadi batu ujian.
Bila dikelola dengan serius dan berkelanjutan, Lampung bisa naik kelas menjadi pemain utama di sektor hijau nasional.
Namun bila hanya menjadi proyek pencitraan, publik dan pasar akan cepat membaca ketidaksiapan itu.
LEIF 2025 bukan ajang menjual mimpi. Ia seharusnya menjadi bukti bahwa Lampung siap menyambut masa depan dengan profesionalisme, keberanian, dan kejujuran. Karena sesungguhnya, investasi terbesar adalah kepercayaan. (***)