KIPRAH.CO.ID– Richo Tambuse, Direktur Event Organizer (EO) Orizpro Intermedia, penyelenggara Pekan Raya Lampung yang tengah berlangsung di PKOR Way Halim, Bandarlampung, ngakunya perputaran uang pada acara yang mengusung tema ‘Pesta Rakyat untuk Lampung Berjaya’ mengalami penurunan mencapai 20 persen.
Soal angka riil jumlah penurunan, perputaran uang, dalam kegiatan pesta rakyat pertama era Gubernur dan Wakil Gubernur, Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim itu, Richo Tambuse belum menyebutnya. “Kalau itu (angka riil), belum didata. Biasanya dapat diketahui pada akhir kegiatan,” kata dia.
Adapun faktor yang menyebabkan adanya penurunan perputaran uang dalam perhelatan Pekan Raya Lampung, Richo berspekulasi karena perekonomian sedang lesu. Sehingga membuat kegiatan sepi, dan perputaran uang turun dari tahun 2018 lalu.
Menanggapi pengakuan pihak EO Pekan Raya Lampung, terkait perputaran uang yang diklaim cenderung nyungsep dari tahun sebelumnya, sumber internal di lingkungan Pemprov Lampung justru curiga, jangan-jangan sekedar akal-akalan guna menghindari setoran PAD (Pendapatan Asli Daerah) ke Pemprov Lampung.
“Ini kecurigaan, bukan menuduh pihak EO tidak mau jujur karena menghindari PAD, bukan. Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa itu sesuai kenyataan? Sebab bisa jadi pada akhir kegiatan nanti, ada yang mengeluarkan pernyataan bahwa merugi, nombok banyak, padahal untung diam-diam. Lagu lama kaset baru, begitu,” tutur sumber itu, seraya meminta agar namanya tidak ditulis dalam pemberitaan media.
Diketahui, berdasarkan data yang terhimpun, pada tahun 2018 lalu perputaran uang dalam kegiatan pesta rakyat yang dikemas dengan nama Lampung Fair mencapai Rp17 miliar.
Jika merujuk pada perhelatan Lampung Fair 2015 lalu, PT. Panghegar dipercaya sebagai panitia penyelenggara dengan menyerahkan dana sebesar Rp300 juta sebagai uang jaminan. Dari event ini Pemprov Lampung bisa meraup keuntungan sebesar 15 persen dari total penghasilan masuk sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bagaimana dengan Pekan Raya Lampung 2019?. (*)