Sebagai pejabat publik, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi harus siap menghadapi segala macam kritik, dari yang halus sampai yang paling kasar.
Langkah menghadapi kritik dengan komunikasi yang buruk dan mementingkan citra baik, menunjukkan bahwa tidak siap menanganinya.
Reaksi Gubernur Arinal menanggapi kritik publik, soal seragam ASN yang dikenakan pada Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Lampung yang dihelat di Graha Wangsa, Senin (2/3/2020) lalu, meminjam bahasa anak muda zaman milenial, terasa lebay. Harusnya direspon santai saja.
Toh faktanya, seragam ASN lengkap dengan atribut ‘jengkol’ yang dikenakan saat itu, kebenarannya sulit dinafikan.
Pernyataan Arinal, yang diarahkan pada seorang wartawati di hadapan kepala dinas dan belasan jurnalis, ‘sudah pakai kerudung, sami’na wa atho’na. Jangan sampai nanti innalillahi wainna ilaihi rojiun’, cukup menggelikan, juga tidak banyak membantu, malah menguatkan kesan kesombongan menghadapi kritik.
Cara Arinal memberi penjelasan kepada publik, jelas perlu diperbaiki dengan menekankan komunikasi yang baik, agar tak mencoreng citra positif kepala daerah.
Sebagai pemimpin, juga sudah selayaknya menjaga ucapannya. Jika merasa keberatan dengan berita yang diterbitkan, mestinya menggunakan hak jawab. Bukan malah menjadikan jurnalisnya sebagai ‘sasaran tembak’, yang jelas akan menimbulkan mudarat. (*)