Mundurnya lima pejabat tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat (Pemkab Pesibar) menjadi perbincangan hangat, mulai dari masyarakat kelas bawah hingga masyarakat kelas atas.
Sebab, pengunduran diri lima pejabat itu tergolong aneh dan langka. Kenapa aneh dan langka. Ya, disaat banyak pejabat yang berlomba-lomba meniti karier guna mencapai jabatan yang didambakan, ternyata masih ada pejabat yang meski telah menempati jabatan mentereng mau saja mengundurkan diri.
Pertanyaannya adalah, apakah pengunduran diri itu murni atau tulus dari hati yang paling dalam, ataukah mereka terlalu lelah menghadapi peliknya keadaan.
Atau, jangan-jangan mereka dipaksa mengundurkan diri karena tidak becus menjalankan roda pemerintahan. Ah, tidaklah baik berandai-andai. Nyatanya mereka telah resmi mengundurkan diri. Dan jabatan yang ditinggalkan telah terisi, meski hanya pelaksana tugas.
Lalu, adakah dampak negatif dari pengunduran diri lima pejabat itu. Tentunya ada, pertama sebagai pertanda tidak satunya kata dengan perbuatan.
Kedua, ini adalah pertanda perlawanan bawahan dengan atasan yang dinilai sewenang-wenang. Ketiga, sebagai tanda – tanda tidak solidnya internal pejabat Pemkab Pesibar.
Semoga dengan mundurnya lima pejabat tersebut, menjadi cambuk atau motivasi bagi calon pejabat lainnya agar saat menjabat lebih berhati-hati, serta harus se-iya sekata dengan pemberi amanah.
Dan semoga pula mundurnya lima pejabat di lingkungan Pemkab Pesibar itu, kesannya bukan untuk meruntuhkan wibawa kepala daerah (bupati).
Akan tetapi pengunduran diri itu murni ketidaksanggupan mengemban amanah, bukan pertanda mereka sangat lelah. (*)