Tak Berkategori  

Penguasa Brotowali

Kalimat seperti judul tulisan ini mendadak jadi trending topic di kalangan jurnalis peliput kegiatan di sebuah lingkup institusi pemerintahan.

Mudah ditebak, kalimat itu muncul lantaran penguasa yang hampir saban hari diwawancarai para ‘kuli tinta’ itu, dianggap belum menunjukkan sifat ‘dermawan’ layaknya mencerminkan orang nomor satu. Akhirnya, tak bisa dihindari ketika ada yang membandingkan pola pemimpin yang satu dengan pola pemimpin lainnya.

Alih-alih menginginkan adanya perubahan, para jurnalis justru terpaksa harus rela menelan getirnya pil pahit kekecewaan. Gayung tak bersambut. Apa mau dikata, realita tak selamanya selaras dengan harapan.

Meski bukan karena paksaan, tapi demi memenuhi kewajiban yang diemban dari kantor redaksi media tempatnya bekerja, para jurnalis hanya bisa mengelus dada.

“Sekarang mah pait Jim, beda sama…yang dulu. Saking pahitnya, ditelen buaya juga dimuntahin lagi,” gumam salah satu peliput memecah kebuntuan suasana.

Alhasil, sampai saat ini penguasa itu tampak acuh dengan keberadaan jurnalis di sekelilingnya, yang notabene ‘penyambung lidah’ penguasa. Mungkinkah karena sadar memiliki tim media sendiri, atau bisa jadi karena menganggap telah berkroni dengan para pemilik media, lantas menganggap sepi para wartawan yang bersentuhan langsung saban hari.

Terlepas dari itu semua yang jelas wartawan di sudut ruang itu sangat akrab dengan guyonan “Penguasa brotowali. Terrrr….laaaalu…” Wkkwkkkk…(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *