Seorang pemilik kebun, sawah, rumah, kendaraan atau apa saja, nyaris dapat dipastikan lebih telaten serta hati-hati dalam mengelola apa yang dimiliki.
Tetapi sebaliknya, akan berbeda dengan semangat bagi penyewa. Ia bakal menggarap atau memanfaatkan apa yang disewa, namun tujuannya pasti mudah ditebak. Apalagi kalau bukan untuk mendapatkan keuntungan hasil sebanyak mungkin.
Meski begitu, tidak dipungkiri bahwa tak jarang pula ada penyewa yang lebih telaten dari sang pemilik. Tetapi yang berperangai seperti itu, mungkin seribu satu.
“Seburuk-seburuk pemilik (yang punya negeri) dipastikan bakal mengelola miliknya secara benar dan akan mensejahterakan warganya.”
Masih dengan penyewa, sebaik-baik penyewa yang ada dalam benaknya bagaimana menyewa dengan harga yang wajar, tetapi mendapat keuntungan berlipat ganda. Toh kalaupun yang disewa telah habis ‘kontrak’, dia akan pergi dan pindah mencari di tempat lain.
Sementara bagi seseorang yang merasa memiliki, akan berupaya sekuat tenaga mempertahankan apa yang dimiliki.
Karenanya, dipastikan bakal mengelola dengan baik. Sebab, dalam hati sang pemilik, kalau miliknya tak terurus dan tak terawat tentu akan merasa gagal mengelola yang dipunya.
Kegagalan jelas akan menjadi ceritera buruk bagi anak, cucu, dan leluhurnya. Jadi, pemilik atau pribumi akan selalu berhati-hati dalam mengurus negeri. Sebab jika tak berhati-hati, akan dibenci dan dicaci sampai mati karena tak bisa mengurus negeri. (*)