Bang Jalaludin di Mata Wartawan

Oleh: Agustiawan

Awal pertama kali saya mengenal Bang Jalaludin terjadi pada sekitar tahun 2013 atau 2014 lalu, hari apa, tanggal berapa dan bulan berapa saya lupa. Yang jelas saat itu bang Jalal, baru menjabat sebagai Plt. Asisten 1 di Pemkab Pesisir Barat, kalau tidak salah ia menggantikan Firman Muntako. Kala itu Penjabat (Pj) bupatinya Kherlani.

Perkenalan dengan bang Jalal bermula saat saya duduk di ruang tunggu kantor Pemkab yang lama, disana sering berlalu- lalang pejabat teras termasuk bang Jalal.

Suatu ketika sebagai wartawan saya mewawancarainya, waktu itu saya masih bekerja di surat kabar mingguan Inti Jaya terbitan Jakarta. Usai wawancara saya pun berpamitan.

Selang beberapa hari kemudian, saya kembali menemui bang Jalal dengan membawa satu exemplar surat kabar Inti Jaya. Saat bertemu saya memperlihatkan dan membuka halaman-perhalaman koran yang saya bawa, dan tepat dihalaman daerah berita hasil wawancara dengan bang Jalal ada atau dimuat. Waktu itu ruangan para Asisten masih berjejer belum terpisah.

Membaca berita hasil wawancara saya itu, bang Jalal nampak percaya bahwa dihadapanya benar wartawan, bukan nanya-nanya doang. Mulai saat itu hubungan pertemanan dengan bang Jalal mulai terjalin, dan seringkali bertemu, baik di ruang tunggu maupun di masjid.

Masih di era Kherlani, bang Jalal mendapat kado kurang istimewa yakni non job, mungkin karena sudah terbiasa mendapat tantangan termasuk non job, tampilan maupun pembawaan bang Jalal tetap biasa saja.

Setiap kali bertemu ia selalu menyapa dan menebar senyuman. Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun kepemimpinan di Pesisir Barat pun ikut berganti, Kherlani, Pj bupati Pesisir Barat digantikan Qudrotul Ikhwan.

Dikepemimpinan Qudrotul, bang Jalal masih non job. Entah dibulan berapa dan hari apa, saya melihat dan mendengar secara langsung pergantian atau mutasi pejabat di gedung Darma Wanita.

Sebagai teman, saya mencari tahu apakah bang Jalal mendapat jabatan atau masih non job. Akhirnya info saya dapat, oelh Qudrotul, bang Jalal kembali menduduki jabatan sebagai Plt Asisten 1.

Dihari itu juga saya berupaya mencari dan bertemu, dalam hatiku jika bertemu dengan bang Jalal saya akan beritahu bahwa dirinya kembali ke jabatan semula ( Asisten 1).

Setelah dicari dan tidak menemukannya, bang Jalal saya hubungi melalui telepon selulernya. ” Izin lagi dimana posisi bang tanya saya, bang Jalal menjawab lagi di Balam Gus, bang selamat ya, abang kembali ke jabatan Asisten, kata saya melalui telepon, oke terimakasih infonya Gus,” ujar bang Jalal.

Pertemanan dengan bang Jalal terus berlanjut, setelah Asisten 1, dia menjadi Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kepala Dinas Pertanian, setelah itu Kepala Dinas PUPR, tak lama berselang dia dipercaya memangku jabatan Plt. Sekda Pesisir Barat, menggantikan Lingga Kusuma.

Berteman dengan pejabat sekelas bang Jalal yang saat itu masih memiliki tambak udang di sebuah desa di kecamatan Lemong, tentulah sangat bangga, selain gemar membantu sosoknya gampang sekali untuk ditemui walau hanya sebatas ngobrol.

Saking mudah ditemui dan suka membantu, suatu waktu bang Jalal tanpa diminta memberikan bantuan untuk keberlangsungan pemilihan pengurus PWI Pesisir Barat, periode 2018-2021. Dengan bantuan itu pemilihan pengurus PWI Pesisir Barat berlangsung sukses.

Besarnya perhatian bang Jalal terhadap pekerja pers khususnya di Pesisir Barat, tak perlu diragukan lagi, seluruh wartawan di Pesisir Barat hampir mengenali sosok pria pemaaf itu.

Yang paling berkesan dan patut diacungi jempol adalah perhatian besarnya terhadap wartawan, sepertinya tidak akan bisa ditiru oleh Kepala Dinas PU atau Sekda selanjutnya.

Ya, usai mengikuti pemilihan Ketua PWI Lampung, saya menemui dan bercerita pada bang Jalal. Kala itu bang Jalal masih Kepala Dinas PU saja, belum ada tugas tambahan.

Cerita itu mengenai keberadaan PWI Pesisir Barat yang belum memiliki kantor. Usai mendengar cerita saya, bang Jalal langsung memanggil beberapa staf dan Kabidnya.

Ia langsung bertanya kepada stafnya berapa dana yang dibutuhkan untuk ukuran bangunan seluas 6×12, coba dihitung kata bang Jalal dihadapan saya. Setelah dihitung, stafnya mengatakan, estimasi biaya bangunan permanen 6×12 menelan anggaran kurang lebih Rp. 250 juta.

” Gus, besok tunjukin lokasi tanahnya agar bisa diukur terlebih dahulu, kalau sudah diukur baru digambar, pokoknya tenang, untuk kantor PWI sudah dianggarkan dan akan dibangun di 2022, ini ” kata bang Jalal waktu itu.

Sayangnya niat baik bang Jalal hanya bertepuk sebelah tangan. Eentah karena sial, entah karena ketidak sukaaan pucuk pimpinan kabupaten Pesisir Barat terhadap Ketua PWI Pesisir Barat, akhirnya pembangunan kantor PWI Pesibar Barat hanya tinggal cerita dan sampai kini belum ada wujudnya.

Itulah sepenggal cerita perjumpaan dan pertemanan saya dengan bang Jalaludin yang purna tugas pada 1 Mei 2023. Sebagai wartawan saya ucapakan terimakasih atas kerjasamanya. Selamat menikmati momong cucu bang. Budi baikmu selalu kami kenang.

Kalau ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi, kalau ada umur yang panjang bolehlah kita berjumpa lagi. Kalau ada jarum yang patah jangan simpan di dalam peti. Kalau ada kata dan berita yang salah jangan simpan di dalam hati. Penulis adalah wartawan senior tinggal di Pesisir Barat. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.