Kata ‘Cek Ombak’ yang dipakai di sini tentu bukan bermakna harfiah yang datang ke pinggir pantai sambil memelototi gelombang laut. Tetapi ‘Cek Ombak’ yang dimaksud lebih kepada ‘mengakali’.
Sedangkan ‘Ketuo’, anggap saja singkatan dari (Kepentingan Tukang Olah) dan IJP (Ikut Jual Pengaruh). Ibarat operan bola dari kaki ke kaki, meskipun pendek tapi terus mengalir dan gerak alurnya kadang tak dimengerti. Sepele!
Tapi bagi ‘Ketuo’, justru sikap menyepelekan itu yang ditunggu. Ibarat orang mancing yang setia menunggu umpan dimakan ikan. Itulah pengaruh yang mengandalkan pergerakan dinamis.
Prinsipnya ‘Cek Ombak’ melalui beragam saluran, dan mempertahankan penguasaan seni yang dibalut nyali. Karena tanpa rasa percaya diri dan keberanian, bukan urusan gampang menjajal gaya permainan ‘Ketuo’ semacam ini.
Pilosofi titik nol sepertinya harus diaplikasikan pada hajat pemilihan ketua baru IJP Lampung, yang sedang berlangsung untuk periode 2022-2025 katanya.
Jika para wartawan salah dalam mengambil titik awal sebagai penanda cikal bakal garis kebijakan, diprediksi akan ada kendala dalam pelaksanaan kepemimpinan IJP.
Karena, kebijakan yang meleset dari rencana awal, sama halnya keluar dari garis visi dan misi semula. Apalagi kalau egosentris yang dikedepankan.
Untuk itu, semua wartawan yang biasa meliput di lingkungan instansi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung harus memantau dan mengawal proses pemilihan ketua baru IJP. Semua merupakan hak prerogatif anggota yang masuk dalam daftar pemilih tetap.
Namun yang terlebih penting dari pencalonan adalah menjaga kesejukan dan keharmonisan. Karena suasana mulai kurang sehat. Campur tangan orang luar. Bukan lagi hanya wartawan yang biasa ‘nongkrong’ di pemprov.
IJP yang telah menjadi tempat bernaung selama ini, jangan dirusak! Syukur keberadaannya dengan nakhoda baru bisa jadi sarana mengembalikan marwah wartawan di hadapan gubernur dan instansi di lingkungan Pemprov Lampung khususnya. Akhirnya diharapkan mampu mengindahkan wartawan yang kesehariannya berjibaku di lapangan. (*)