Di era teknologi dan arus globalisasi sederas saat ini, menu cerita rakyat berbaur mistik sepertinya masih cukup digandrungi publik. Apalagi, dalam kisah itu bersemayam nilai-nilai moral yang dapat dipetik.
Siapa tahu dengan suguhan cerita berbau ‘klenik’ bisa sedikit melupakan problema, atau boleh juga sekedar untuk mengisi waktu luang, daripada terus meratapi beratnya realita beban hidup.
Membaca atau mendengar kisah yang mengandung unsur gaib memang memiliki keasyikan tersendiri, lebih-lebih terdapat hikmah yang berserak dan ternyata bisa dipungut. Tak heran tanpa disadari tidak sedikit yang menyukai. Cerita ‘Lutung Kasarung’, misalnya.
Dari salah satu cerita yang terkenal di kalangan masyarakat Sunda, Jawa Barat, ini setidaknya ada dua nilai moral yang dapat dipetik, yaitu akibat buruk dari sifat suka memandang rendah orang lain, dan keutamaan sifat pemaaf dan tidak pendendam.
Sifat suka merendahkan orang lain, itu ditunjukkan oleh sikap dan perilaku Putri Purbararang. Dikisahkan, ketika ia menantang Putri Purbasari untuk mengadakan sayembara perebutan tahta kerajaan, karena yakin bahwa adik bungsunya (Purbasari) tidak mampu berbuat apa-apa. Namun, tanpa diduganya, ternyata Purbasari mampu mengalahkannya berkat bantuan Lutung Kasarung. Akibatnya, ia pun mendapat ancaman hukum pancung.
Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa hendaknya kita tidak memandang rendah orang lain, karena terkadang ada sesuatu yang tidak kita ketahui tentang orang tersebut. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu; kalau suka merendahkan orang, alamat badan dimakan parang.
Berikutnya, keutamaan sifat pemaaf dan tidak pendendam. Sifat ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku Putri Purbasari. Meskipun telah disakiti, ia tidak pernah merasa dendam kepada Putri Purbararang. Bahkan ia memaafkan dan membebaskan kakaknya dari hukum pancung, serta mengajaknya tinggal bersama dalam istana.
Dengan sifat pemaaf ini, hubungan kekeluargaan senantiasa akan selalu terjaga dan akan terhindar dari perselisihan. Dikatakan dalam tunjuk Ajar Melayu; kalau suka memaafkan orang,
kusut selesai sengketa pun hilang. Kalausuka bermaaf-maafan, hidup rukun hati pun nyaman.
Terlepas dari semua itu, sesungguhnya judul tulisan ini hanya sebuah perumpamaan, seandainya penulis (dipaksa!) berimajinasi merangkai cerita gaib. Maka tema “Kuntilanak Dijambak Lutung” agaknya patut dipilih, barangkali bisa disusupkan nilai moral yang bermanfaat. (*)