KIPRAH.CO.ID– Menjadi pertanyaan, haruskah marah-marah sebagai solusi untuk mengubah kondisi di mana para lawan bicara atau kolega jadi takut. Atau marah-marah yang dilakukan kepala daerah menunjukkan betapa dirinya angkuh, sombong dan congkak.
Kalau hanya sekedar marah, itu akan menunjukkan kepala daerah itu pemberang atau kena penyakit darah tinggi. Tak hanya itu, bila marah-marah menjadi gaya, maka itu bisa menjadi bumerang sebab akan menimbulkan kebencian banyak pihak.
Kepala daerah yang suka marah-marah akan membuat suasana kantornya kurang nyaman, begitu juga di dinas-dinas dan badan-badan akan menjadi tegang. Ketegangan inilah yang malah membuat produktifitas dan rasa nyaman para pegawai tidak muncul.
Bahkan sifat pemarah sang kepala daerah justru menumbuhkan kebencian, selain pada pegawainya juga kepada masyarakat. Apalagi bagi masyarakat yang belum memahami karakter sang kepala daerah.
Akhirnya,” sebaik-baik pemimpin ialah, pemimpin yang kalian cintai dan ia pun mencintai kalian juga. Kalian mendoakannya dan ia pun mendoakan kalian juga, dan seburuk-buruk pemimpin ialah, pemimpin yang kalian benci dan ia membenci kalian, dan kalian melaknatnya ia pun melaknat kalian juga.” (HR Muslim dari Auf bin Malik). (Agustiawan)