Siapa yang Mengkritisi Wartawan?

Oleh: RECI PURWANA

Lazimnya, wartawan dikenal sebagai pihak yang vokal dalam mengkritik kinerja birokrasi, politikus, dan lembaga publik lainnya. Namun sebuah pertanyaan penting jarang disuarakan: siapa yang mengkritisi wartawan itu sendiri?

Wartawan, sebagaimana profesi lainnya, tetaplah manusia. Tak luput dari kekeliruan, baik yang disengaja maupun tidak. Meski keberadaan pengusaha media, jurnalis, hingga organisasi profesi wartawan telah dilindungi oleh undang-undang dan regulasi turunan, bukan berarti seluruh aktivitasnya otomatis steril dari pelanggaran etik atau penyimpangan profesional.

Tak jarang kita menjumpai oknum yang mengaku wartawan, namun tidak memahami—atau bahkan mengabaikan—kode etik jurnalistik. Lebih parah, ada yang memanfaatkan label “pers” untuk kepentingan di luar tugas jurnalistik.

Lantas, bagaimana jika organisasi profesi justru merasa paling benar, tanpa adanya kontrol atau refleksi dari dalam? Tak menutup kemungkinan, hal ini akan melahirkan euforia keanggotaan yang sekadar simbolis—bernaung di bawah nama organisasi tanpa pemahaman atas tujuan dan tanggung jawab profesi.

Tulisan ini bukan untuk menyasar individu atau kelompok tertentu. Hanya catatan ringan dari penulis sambil menyeruput kopi pagi. Karena pada akhirnya, kritik yang sehat tak boleh berhenti di luar—tapi juga harus dimulai dari dalam. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *