KIPRAH.CO.ID– Kebijakan pihak sekolah Madrasah Aliyah (MA) Darur Ridho Al-Irsyad, Kabupaten Pesawaran menarik sejumlah iuran dari murid disorot.
Sejumlah wali murid diduga merasa keberatan dengan adanya penarikan iuran menjelang kegiatan Ujian Nasional (UN). Hal ini diungkapkan pihak Lembaga Aspirasi Masyarakat Indonesia (LAMI) Kabupaten Pesawaran, Minggu (5/4/2020).
Beragam pendapat mengalir deras menyoroti kebijakan pihak sekolah Madrasah Aliyah Darur Ridho Al-Irsyad, mulai dari dugaan pungutan liar yang dilakukan oknum kepala sekolah, minimnya pengawasan Kantor Kementerian Agama, hingga indikasi pelanggaran terhadap Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) RI NO:44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari lembaga LAMI Kabupaten Pesawaran, iuran tersebut terinci pada sebuah kartu lengkap dengan stampel sekolah, ditekan kepala sekolah atas nama Iwan Kurnia dan Bendahara Puspitasari.
Adalah berikut rinciannya;
1. Dana semester ganjil Rp250.000
2. Kegiatan simulasi UNBK Rp100.000
3. Kegiatan Les Rp200.000
4. Kegiatan Lun Rp250.000
5. Kegiatan UAM BNBK Rp250.000
6. Kegiatan USBNBK/KP Rp450.000
7. Kegiatan UNBK Rp450.000
8. Kegiatan ujian praktek Rp50.000
9. Kegiatan dana perpisahan Rp200.000
Total = Rp2.200.000,-
Menanggapi kasuistis ini Kepala Seksi Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Pesawaran, Paiman, tidak membenarkan adanya penarikan iuran dari pihak sekolah.
“Tidak ada pungutan dari sekolah. Tapi nanti saya konfirmasi dulu dengan kepala sekolahnya,” singkat Paiman, saat dihubungi melalui sambungan nomor telepon selularnya.
Sementara Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Darur Ridho Al-Irsyad, Iwan Kurnia menegaskan bahwa penarikan iuran itu telah berdasarkan musyawarah dengan wali murid.
“Sudah hasil musyawarah dengan orang tua wali murid. Dan sekolah yang gratis itu sekolah negeri, sedangkan sekolah kami swasta atas nama yayasan. Tidak ada bedanya seperti Al Azhar atau Saverius,” tuturnya.
Mengenai teknis pembayaran, Iwan mengaku menyerahkannya dengan bendahara sekolah. “Kegiatan UNBK itu menggunakan komputer, membutuhkan dana besar. Sementara kami tidak ada fasilitas tersebut,” tukasnya. (tim)