Program Strategis Kiprah Gubernur Lalu Dikunci Gubernur Baru

Membaca tulisan opini seorang Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung yang diberi judul “Diskontinu atau Lanjutkan (?)”, cukup mengilhami Aug menemukan celah buat memotret gambaran umum publik terhadap program strategis kiprah gubernur lalu dan gubernur baru. Ups! Aug tak menyebut merk (nama) ya Heheee…

Terus apa hubungannya tulisan opini seorang dosen sama program strategis kiprah gubernur lalu dan gubernur baru, sampai-sampai diselipkan kata ‘Dikunci’?

Ceritanya begini. Setelah membaca tulisan opini itu sampai ludes, Aug tercerahkan dan berhasil memungut beberapa poin, yang mungkin saja mengandung kritikan menjurus pada gubernur, tapi bisa dibilang menggunakan bahasa yang halus. Istilah anak milenial mah ‘main cantik’.

Maklum, mungkin kalimat-kalimat yang digunakan sengaja dipilih supaya tidak mengesankan tendensius. Lebih-lebih sumbernya dari seorang akademisi (sosok terpelajar) dan sasaran yang di kritik gubernur baru. Berabe, kalau sampai dianggap ‘ngompor-ngomporin’. Bisa-bisa keluar lagi kalimat verbal ‘Jangan sampai innalilahi wa innailaihi rojiun…’

Setelah mengantongi poin-poin kritik yang Aug anggap cukup relevan dengan situasi dan kondisi saat ini, eh jari-jari lentikku mulai terasa gatel kepengen ngetik tulisan juga. Meskipun, sekedar dan sekenanya saja buat ngisi kolom catatan kiprah. Tapi lumayan lah, hitung-hitung latihan nulis novel. Siapa tahu suatu saat bisa beneran terwujud. Mapas!… Boleh juga khayalan Aug di siang bolong.

Huuhh….Aug jadi kebanyakan ‘ngecap’. Sampai lupa sedang nulis catatan soal apa, hadehhhhh…. Intinya, kurang lebih begini penggalan dari tulisan opini dosen ‘calak’ itu.

“Problem Provinsi Lampung dua dasawarsa ini adalah, ganti pemimpin ganti kebijakan, sehingga pembangunan terlihat kurang berkelanjutan atau terjadi diskontinyu. Demikian pandangan seorang rekan penulis sesama dosen yang berasal dari Jawa Barat. Dia katakan antar elite di Lampung enggan saling sapa apatah lagi melanjutkan pondasi terdahulu.

Dia melihat elite baru enggan melanjutkan karena bila terwujud yang dapat nama baik dan keuntungan finansial adalah elite lama. Dokumen peraturan daerah dan rencana jangka panjang daerah dikunci dalam laci, dibiarkan, dan bukan amanah untuk dilanjutkan karena tidak memuat pasal sanksi bagi elite baru.

Program strategis mana yang diskontinyu? Dia menjawab. Pertama, Kota Baru Bandar Negara. Kedua, Teropong Bintang ITERA. Ketiga, Gedung Perpustakaan Modern, Keempat, Rencana Relokasi terminal Rajabasa ke dekat Stasiun Rejosari Natar. Kelima, rencana tempat pembuangan sampah terpadu. Keenam, rencana jalur baru kereta Babaranjang tidak melalui kota.

Gubernur tua pernah desain dan usulkan Tol Lampung sejak lama dan kurang direspon pusat. Bersyukur presiden baru ada program JTTS, dan gubernur pelanjut menangkap peluang tersebut dan diwujudkan.

Gubernur tua meletakan pondasi wilayah 1400 ha kota baru di Jati Agung Lampung Selatan dengan warisan land clearing jalan, dan bangunan kantor gubernur dan kantor DPRD tahap awal. Gubernur muda berhasil menggiring proyek pusat, sehingga terwujud RSUD tanpa kelas Bandarnegara.

Gubernur tua berhasil meyakinkan pusat bahwa Provinsi Lampung paling siap dan pas buat lokasi kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Lampung mengalahkan usulan provinsi lain di Sumatera. Gubernur muda, melanjutkan dengan mendukung program teropong bintang ITERA untuk mendukung sarana pendidikan dan pariwisata bertaraf Asia.”

Bagaimana, kritik yang lumayan halus dan cerdas bukan? Heheee…Tapi, Aug jadi semakin penasaran dech. Kira-kira gubernur baru mau nangkap peluang apa ya dari keenam program strategis yang di discontinue saat ini.

Aug sepertinya cukup sepakat dengan masukan serta harapan yang disematkan oleh Pak Dosen. Mudah-mudahan, gubernur baru meninggalkan warisan pembangunan yang akan dikenang baik oleh generasi baru di Lampung sebagai monumen keberhasilan, dan bukan sebagai monumen kegagalan karena ‘tulah’ akibat mengunci program strategis kiprah gubernur lalu. (*)
.
.
.
Ngilu maaf. Inji Catatan Kiprah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *