KIPRAH.CO.ID– Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Kabupaten Tulangbawang Barat, Provinsi Lampung akan melakukan pendampingan terhadap siswa SMP Bina Desa Penumangan, Kecamatan Tulangbawang Tengah (TbT) yang diduga menjadi korban kekerasan anak di bawah umur.
Ketua LPAI Tubaba, Saharuddin Nur mengatakan pihaknya telah membentuk team investigasi lapangan, guna menghimpun informasi dan keterangan dari kedua belah pihak
“Setelah mendapatkan informasi itu, kami langsung membentuk team yang dipimpin langsung Sekretaris LPAI Tubaba H. Aristusyah dan Zainal
Arifin M. Shobarie,” ujarnya.
Sementara H. Aristusyah mengatakan, langkah terdekat pihaknya akan melakukan investigasi lapangan terhadap kedua belah pihak, yang merasa jadi korban dan terlapor.
Ia menuturkan, team yang sudah dibentuk tersebut melibatkan tiga orang, dan pada malam 17 Agustus lalu telah melakukan kunjungan ke rumah korban.
“Setelah kami tiba di rumah korban, bertemu langsung dengan kedua orang tuanya. Berdasarkan keterangan dari kobran DV adalah siswa SMP kelas VIII berusia 14 tahun, pada saat itu mereka akan pulang ke rumah mengendarai motor sembari geber-geber,” kata Aristusyah, Kamis (18/8/2022).
Berdasarkan keterangan korban ataupun saksi, sambung dia, tak lama berselang datang kepala sekolah tersebut, langsung melakukan pemukulan menggunakan tiang bendera merah putih. “Itu menurut kronologisnya, yang diceritakan korban kepada kami,” tuturnya.
Seketaris LPAI Tubaba tersebut menceritakan, akibat terjadinya pemukulan tersebut korban mengalami luka memar dan goresan bekas pemukulan di bagian bahu sebelah kanan.
“Berdasarkan kasat mata, kita melihat dan langsung mengambil gambarnya untuk dijadikan dokumen. Dan pada malam itu juga saya berusaha berkomunikasi melalui via telepon kepada pelaku namun tidak diangkat,” paparnya.
Kemudian, pihaknya terus berusaha menghubungi termasuk dengan mengirimkan pesan lewat aplikasi WhatsApp ke nomor pelaku. “Selang beberapa menit dibalas. Jawabannya, mohon maaf saya sedang sholat tadi. Setelah itu, sudah tidak ada komunikasi lagi, keesokan harinya baru bisa bertemu dengan yang bersangkutan,” ungkap Aristusyah.
Setelah upacara di Pemda Tubaba, sambung dia, dirinya bertemu langsung dan mempertanyakan kronologi kejadian. Apa penyebab beliau sehingga melakukan tindakan yang sedemikan rupa.
Berdasarkan keterangan dari yang bersangkutan, pada saat itu kepala sekolah mengaku sedang dalam keadaan suasana agak capek, mendengar suasana berisik, sehingga terpancing emosi dan melakukan hal yang tidak terpuji tersebut.
“Atas peristiwa pemukulan itu kepala sekolahnya menyatakan permohonan maaf kepada saya, dia mengaku melakukan perbuatan itu diluar dugaan dan dia meminta maaf. Cuman saya tegaskan, ketika berbicara maaf ya kita tidak ada masalah, karena prinsipnya minta maaf itu kepada keluarga ataupun korban, sedangkan tugas kami mencari keterangan,” kata dia.
Aristusyah mengaku, team LPAI Tubaba berencana akan berkunjung kembali ke rumah korban, namun berhubung faktor cuaca kurang mendukung, akhirnya belum bisa dilaksanakan. “Insya Allah besok (Jumat, red) untuk memastikan kepastian mereka sudah melakukan upaya hukum. Untuk saat ini kita belum tahu persis, apa yang dibutuhkan oleh penyidik dalam menangani kasus tersebut, agar permasalahan ini bisa terang-benderang. Dengan harapan, hal serupa tidak kembali terjadi di Bumi Ragom Sai Magi Wawai ini,” tutupnya. (*/tim)